Oleh: Nima Ayu Sholihah
Sebagai negara yang mengagumkan dengan kekayaan keberagaman serta potensi luar biasa, Indonesia telah memperlihatkan kemajuan yang signifikan dalam mengadopsi teknologi. Perkembangan terkini teknologi kecerdasan artificial (AI) telah dan tengah memasuki babakan baru. Kemunculan teknologi AI generatifkomunikatif Chat GPT (Generative Pre-trained Transformer) yang dikembangkan Open AI telah mengkonstruksi perubahan. Pemanfaatan AI ini memberikan dampak luas di berbagai sektor, termasuk ekonomi, kesehatan, serta pendidikan. Chat GPT di kampus dapat memberikan inovasi dan tantangan etika dalam pendidikan yaitu di tengah pesatnya perkembangan teknologi, dunia pendidikan ini mulai membuat seorang diri ketergantungan terhadap hadirnya kecerdasan buatan (AI). Salah satu yang banyak digunakan oleh mahasiswa adalah penggunaan Chat GPT, yaitu sebuah teknologi berbasis AI yang mampu memahami dan merespons teks layaknya manusia. Adanya chat GPT di kampus juga membawa manfaat yaitu
Belajar jadi lebih mudah dan personal: Chat GPT sangat membantu mahasiswa dalam belajar, bisa menjawab pertanyaan kapan saja, dan memberikan penjelasan yang mudah dimengerti, bahkan dapat membantu tugas atau memahami materi yang sulit. Teknologi ini mampu menyesuaikan respon berdasarkan kebutuhan individu, sehingga pembelajaran menjadi lebih personal dan efektif. Rata-rata mahasiswa yang mungkin kesulitan bertanya langsung ke dosen, bisa menjadikan Chat GPT sebagai teman keluh kesah saat belajar. Lebih dari itu juga, Chat GPT juga bisa menjadi alat untuk melatih kemampuan berpikir kritis dan diskusi etika. Misalnya, dengan bertanya tentang moral atau kasus etika, mahasiswa bisa mendapat berbagai sudut pandang yang memperkaya cara berpikir mereka.
Dibalik manfaat juga terdapat tantangan yang dihadapi: penggunaan chat GPT dalam pendidikan salah satunya adalah risiko privasi data. Contohnya ketika mahasiswa memasukkan informasi pribadi atau akademik ke dalam sistem AI, tidak adanya jaminan bahwa data itu akan aman. Selain itu, interaksi yang terlalu bergantung pada mesin bisa mengurangi nilai-nilai kemanusiaan dalam proses belajar. Etika, empati, diskusi dengan manusia itu adalah bagian penting dari pendidikan, terutama di tingkat perguruan tinggi. Chat GPT mungkin bisa menjelaskan apa itu etika, tetapi tidak bisa menggantikan pengalaman berdiskusi langsung dengan dosen atau temen sekelas. Pentingnya pendidikan etika serta pengembangan kompetensi di perguruan tinggi sangat menonjol dalam membentuk karakter dan kualitas sumber daya manusia yang dihasilkan oleh sistem pendidikan tinggi. Secara umum, pendidikan etika serta pengembangan kompetensi di perguruan tinggi tidak hanya berkaitan dengan memenuhi tuntutan akademis, tetapi juga dengan membentuk kepribadian, moralitas, serta ketrampilan praktis yang esensial supaya mahasiswa bisa menghadapi dunai yang terus berubah dengan segala kompleksitasnya.
Dan menurut pandangan saya sebagai mahasiswa yaitu bijak menggunakan dengan etika, bukan menolak. Maka dari itu, pendekatan yang bijak bukanlah menolak kehadiran Chat GPT, melainkan menggunakannya secara cerdas dan bertanggung jawab. Dapat juga pihak kampus menyusun kebijakan dan pedoman etis dalam pemanfaatan AI. Dosen juga tetap berperan penting sebagai pembimbing utama, bukan digantikan oleh teknologi. Mahasiswa juga perlu diberi pemahaman tentang bagaimana menggunakan AI secara kritis, bukan hanya sebagai mesin jawaban. Perguruan tinggi harus mampu menjaga keseimbangan antara kemajuan teknologi dan nilai-nilai pendidikan yang humanis. Dengan cara ini, kita dapat menciptakan generasi yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga matang secara moral.
------
* Penulis adalah mahasiswa Jurusan PAI, UIN Kiai Ageng Muhammad Besari Ponorogo
0 comments:
Posting Komentar