f ' MENGAJAR DENGAN CINTA, TAPI HIDUP DENGAN LELAH ~ Inspirasi Pendidikan

Senin, 30 Juni 2025

MENGAJAR DENGAN CINTA, TAPI HIDUP DENGAN LELAH

 Oleh: Ni Luh Indriaswati*


Di balik keberhasilan seorang dokter, insinyur, pilot, atau bahkan pejabat negara, pasti ada peran guru di dalamnya. Guru adalah profesi mulia yang menjadi fondasi terbentuknya generasi masa depan bangsa. Namun sayangnya, meski peran guru begitu penting, kesejahteraan mereka di Indonesia masih jauh dari kata layak.

Sudah menjadi rahasia umum bahwa banyak guru di Indonesia, terutama guru honorer, menerima gaji yang tidak manusiawi. Ada yang hanya dibayar seratus ribu sampai tiga ratus ribu rupiah per bulan. Angka ini bahkan tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan makan sehari-hari, apalagi untuk biaya transportasi, tempat tinggal, atau mendukung pendidikan anak-anak mereka sendiri.

Mengapa hal ini bisa terjadi? Salah satu penyebabnya adalah sistem rekrutmen dan penggajian guru yang belum merata. Guru Pegawai Negeri Sipil (PNS) mungkin menerima gaji tetap dan tunjangan, tetapi jumlahnya pun tidak sebanding dengan beban kerja dan tanggung jawab mereka. Di sisi lain, guru honorer seringkali hanya mengandalkan kebijakan kepala sekolah atau bantuan dana dari komite sekolah. Tidak ada kepastian dan tidak ada jaminan.

Lebih menyedihkan lagi, dalam beberapa kasus, guru harus menanggung beban administrasi yang sangat berat. Mereka dituntut untuk membuat RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) ataupun modul ajar, mengisi berbagai laporan online, mengikuti pelatihan baik daring maupun luring dengan biaya mereka sendiri, serta aktif dalam kegiatan sekolah lainnya. Semua ini harus dilakukan, walau penghasilan yang diterima tidak sebanding. Akibatnya, banyak guru yang merasa lelah secara fisik dan mental. Mereka mengajar dengan cinta, tetapi hidup dengan lelah.

Tidak sedikit guru yang akhirnya harus mencari pekerjaan sampingan. Ada yang menjadi ojek online, berdagang kecil-kecilan, atau bekerja serabutan di luar jam mengajar. Hal ini tentu berpengaruh pada kualitas pengajaran. Bagaimana bisa seorang guru fokus mendidik muridnya dengan sepenuh hati jika pikirannya terpecah oleh urusan dapur?

Pemerintah sebenarnya telah berupaya memberikan perhatian terhadap kesejahteraan guru, misalnya dengan adanya sertifikasi guru, tunjangan profesi, dan program P3K. Namun, sayangnya tidak semua guru bisa menikmati program-program tersebut. Banyak dari mereka terkendala syarat administrasi, usia, atau kurangnya akses informasi. Program yang sudah baik ini masih perlu penyempurnaan agar tidak hanya dinikmati oleh segelintir guru saja.

Sudah saatnya negara memberikan perhatian yang serius dan menyeluruh terhadap kesejahteraan guru. Jangan sampai profesi guru hanya menjadi pilihan terakhir karena dianggap tidak menjanjikan dari segi ekonomi. Bila guru hidup sejahtera, mereka bisa mengajar dengan lebih fokus dan bahagia. Murid pun akan mendapatkan pendidikan yang lebih berkualitas.

Kita sebagai masyarakat juga punya peran. Menghormati guru, mendukung perjuangan mereka, serta menyuarakan keadilan untuk mereka adalah bentuk kepedulian yang bisa kita lakukan. Jangan biarkan guru terus menjadi pahlawan tanpa tanda jasa, tapi juga harus mendapat penghargaan yang layak.

Mengajar adalah pekerjaan hati. Tapi untuk mengabdi dengan hati, guru juga butuh perut yang kenyang dan hidup yang tenang. Mari kita bantu perjuangan guru agar mereka bisa hidup layak di negeri yang katanya menjunjung tinggi pendidikan.

* Penulis adalah Mahasiswi Jurusan PAI, UIN Kiai Ageng Muhammad Besari Ponorogo

0 comments:

Posting Komentar