Oleh: Nida Rofifah
Seiring dengan perkembangan zaman yang semakin
pesat saat ini, penggunaan teknologi digital dalam dunia pendidikan juga
semakin meningkat pesat. Pembelajaran yang dilakukan secara daring, pemanfaatan
platform media sosial, dan penggunaan berbagai aplikasi pembelajaran saat ini
sudah menjadi bagian tidak dapat dipisahkan dari proses belajar mengajar. Di
era digital seperti saat ini sebenarnya memberikan peluang besar kepada
pendidik dan peserta didik semua untuk memperluas akses pendidikan,
meningkatkan kreativitas dan inovasi, dan juga memfasilitasi pembelajaran yang
lebih interaktif dan menyenangkan. Kita diberi kemudahan untuk mengakses
berbagai bahan ajar secara lebih luas. Namun, di balik semua kemudahan itu,
terdapat berbagai tantangan yang harus dihadapi oleh para pendidik, peserta
didik, dan pemerintah khususnya dalam bidang pendidikan.
Salah satu tantangan yang dihadapi adalah
terjadinya ketidak setaraan pada titik akses teknologi atau kesenjangan akses
teknologi. Meskipun saat ini teknologi sudah tersebar dimana mana dan
terealisasikan secara masif, akan tetapi masih terdapat beberapa tempat atau
daerah yang masih belum bisa dijangkau oleh tekhnologi yang disebabkan oleh
beberapa faktor salah satunya yaitu akses internet yang tidak memadai sehingga
hal itu menyebabkan kesulitan bagi para peserta didik untuk bisa mengakses
teknologi AI dengan mudah.1 Selain itu, tidak semua peserta didik memiliki
perangkat yang memadai. Ini menciptakan ketidakadilan dalam peluang belajar,
terutama bagi mereka yang tinggal di daerah terpencil atau keluarga dengan
ekonomi golongan menengah kebawah. Seperti dalam penelitian studi kasus pada
masyarakat pedesaan yang dilakukan oleh Adristi Naura Syifa dan kawan-kawan
menunjukkan bahwa kesenjangan digital dan akses internet di kabupaten Katingan
dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat dalam berbagai profesi. Hasil penelitian
terhadap masyarakat Kabupaten Katingan yang berprofesi sebagai ASN (aparatur
sipil negara), guru, petani sawit, wirausaha, tenaga honorer, mahasiswa,
pegawai harian lepas, dan ASN di UPTD Puskesmas Tumbang Sanamang, menunjukkan
bahwa kesenjangan akses digital telah memberikan dampak terhadap pendidikan,
perekonomian, dan kehidupan sosial masyarakat. Sehingga perlu adanya peran
aktif pemerintah untuk mengatasi hal tersebut.2
Selain itu, tantangan lain adalah ketersediaan
sumber daya manusia yang mampu untuk mengelola dan mengembangkan teknologi
pendidikan secara efektif. Seorang pendidik harus terus meningkatkan
kompetensinya dalam bidang teknologi, pedagogi digital, pengelolaan kelas, dan
lain sebagainya. Sayangnya, tidak semua pendidik memiliki kesempatan pelatihan
teknologi digital yang memadai yang dapat berpengaruh signifikan pada kualitas
pembelajaran apalagi terhadap guru yang sudah menginjak usia lanjut.
Dari tantangan tersebut, penting bagi kita semua untuk melihat
peluang yang ada. Pemerintah dan lembaga pendidikan harus berperan aktif dalam
menyediakan fasilitas, pelatihan, serta membangun sistem yang inklusif dan
aman. Guru juga perlu terus mengembangkan kompetensi yang harus dimiliki oleh
seorang pendidik dan juga harus berinovatif dalam mengajar menggunakan
teknologi. Sementara peserta didik harus didukung agar mampu memanfaatkan
teknologi secara positif dan bertanggung jawab. Jika semua elemen mampu bekerja
sama dan beradaptasi dengan perubahan ini, maka pendidikan Indonesia akan mampu
bersaing di tingkat global dan menghasilkan generasi penerus yang kompeten
serta inovatif
Bahan Bacaan:
1 M. Zidan Rizki, “Tantangan Pendidikan Indonesia
di Era Digitalisasi Artificial Intelligence (AI),” JIIC: Jurnal Intelek
Insan Cendekia, Vol. 1, No. 7 (September, 2024), 2924.
* Penulis adalah mahasiswa jurusan PAI, UIN Kiai Ageng Muhammad Besari Ponorogo
0 comments:
Posting Komentar