f ' September 2025 ~ Inspirasi Pendidikan

Inspirasi Pendidikan untuk Indonesia

Pendidikan bukan cuma pergi ke sekolah dan mendapatkan gelar. Tapi, juga soal memperluas pengetahuan dan menyerap ilmu kehidupan.

Bersama Bergerak dan Menggerakkan pendidikan

Kurang cerdas bisa diperbaiki dengan belajar. Kurang cakap dapat dihilangkan dengan pengalaman. Namun tidak jujur itu sulit diperbaiki (Bung Hatta)

Berbagi informasi dan Inspirasi

Tinggikan dirimu, tapi tetapkan rendahkan hatimu. Karena rendah diri hanya dimiliki orang yang tidak percaya diri.

Mari berbagi informasi dan Inspirasi

Hanya orang yang tepat yang bisa menilai seberapa tepat kamu berada di suatu tempat.

Mari Berbagi informasi dan menginspirasi untuk negeri

Puncak tertinggi dari segala usaha yang dilakukan adalah kepasrahan.

Minggu, 14 September 2025

MENTERI AGAMA RI: “DOSEN UIN TIDAK CUKUP MENJADI ILMUWAN TETAPI HARUS MENJADI CENDEKIAWAN MUSLIM.”

 

Kuliah Umum oleh Menteri Agama RI: Prof. Dr. KH. Nasaruddin Umar, MA

inspirasipendidikan.com (14/9/2025)_  UIN Kiai Ageng Muhammad Besari Ponorogo menggelar kuliah umum dengan menghadirkan Menteri Agama RI, Prof. Dr. KH. Nasaruddin Umar, MA. Tema yang diusung sangat menarik yaitu Kurikulum Berbasis Cinta. Istilah yang digunakan memang begitu menarik karena menggunakan kata “Cinta”, abstrak namun bisa dirasakan kehadirannya oleh setiap makhluk. Dan memiliki variasi makna sesuai dengan persepsi yang mengartikan masing-masing.

Dalam kesempatan itu, Menteri Agama menyampaikan beberapa pesan yang mendalam tentang bagaimana seharusnya visi dari perguruan tinggi agama Islam. Menurutnya Perguruan Tinggi  Islam, khususnya Univeritas Islam Negeri  seharusnya menjadi pembeda dari perguruan tinggi umum. Tidak hanya beda dari sisi mutu dan tata kelolanya tetapi juga keberkahan dan kebermanfaatannya di masyarkat. Perguruan tinggi Islam tidak murni sebagai lembaga akademik saja, tetapi juga harus berfungsi lembaga dakwah. UIN harus menjadi lembaga ganda tanpa harus mereduksi satu sama lain.

Menteri Agama RI bersama Rektor UIN Ponorogo, dan Bupati Ponorogo 
UIN, diharapkan mampu melahirkan tidak hanya para lulusan yang berpengetahuan, menjadi seorang scientist/ ilmuwan, tetapi lebih dari itu harus menjadi seorang yang intelektual, yang tidak hanya menguasai pengetahuan, tetapi juga bisa mengamalkannya. Tidak hanya intelektual tetapi juga seorang cendekiawan. Seorang cendekiawan muslim adalah mereka yang memiliki dampak dan beresonansi kepada masyarakat dan bangsanya. Karena itu seorang cendekiawan itu lebih terhormat dibandingkan seorang intelektual.

Lebih lanjut menteri Agama RI menegaskan, bahwa untuk mencetak Cendekiawan muslim, maka diperlukan dosen yang tidak boleh sama kriterianya dengan dosen dari perguruan tingg umum. Baik dari sisi perekrutannya maupun kompetensi yang dimiliki. Dosen tidak boleh hanya mengajar, tetapi memberi keteladanan baik di dalam kelas maupun di luar kelas. Mengapa demikian? Karena ekspektasi masyarakat begitu tinggi kepada UIN. Background UIN ini adalah putih, maka jangan pernah membuat satu titik noda pun, meskipun hanya satu titik noda hitam. Karena itu tanggung jawab dosen begitu berat, menjadi teladan bagi mahasiwanya. Hal yang serupa juga menjadi tanggung jawab mahasiswa untuk menjaga kehormatannya menjadi mahasiswa di UIN.

Pernyataan Prof. KH. Nasaruddin Umar tersebut tidaklah sederhana, apalagi di era dimana hampir semua orang memiliki jejak digital di media sosial, baik dosen dan mahasiswa. Sehingga diharapkan jika seorang dosen wanita atau mahasiswi mengenakan jilbab sewaktu di kampus, maka di mana pun juga dia harus menutup auratnya, baik di dunia nyata maupun di dunia maya, apalagi diunggah di media sosial miliknya.

Perguruan tinggi Islam harusnya memiliki dosen-dosen unggul yang tidak hanya mengajar, tetapi juga harus bisa menjadi Mursyid, bahkan bisa menjadi seorang Syech. Pendidikan tidak hanya mentransfer pengetahuan, bukankah tidak ada gunanya/ manfaatnya jika mahasiswa pandai mendapat nilai cumlaude perilakunya kurang ajar, tidak beradab. Tidak mampu mengedepankan adab daripada ilmu. Dosen pada hakekatnya sama dengan guru. Guru berasal dari bahasa sansekerta, Gu yang berarti kegelapan dan Ru yang berarti Obor penerang. Jadi Guru sejatinya adalah obor pemberi penerangan saat gelap melanda. Kehadiran guru atau dosen harusnya menjadi pencerah/ penerang bagi kegelapan atau kebodohan yang melanda masyarakat. Hidup hanya sejengkal, apa yang hendak dicari, jika pemimpin perguruan tinggi, dosen, para pejabat tidak mampu memberi prestasi, maka kita akan malu kepada sejarah, apalagi jika sejarah itu dibaca oleh anak cucu di generasi selanjutnya.

Rektor UIN Kiai Ageng Muhammad Besari Ponorogo, Prof. Dr. Hj. Evi Muafiah

Dalam kesempatan Kuliah umum yang dihadiri ratusan civitas akademika UIN Kiai Ageng Muhammad Besari Ponorogo, Bupati Ponorogo dan beberaoa pejabat dari Kementerian Agama tersebut, Menteri juga berpesan bahwa hendaknya kita selalu membaca tidak hanya Al Qur’an mikrokosmos tetapi juga Al Qur’an Makrokosmos. Seluruh jagad raya semesta ini jauh sudah ada sebelum Al Qur’an mikrokosmos yang diwahyukan kepada Rasululloh. Jadi UIN dengan segala kompetensi dosen yang dimiliki tidak bleh hanyut dengan perguruan tinggi sekuler, yang hanya melahirkan mausia tumpul yang tidak memiliki kepekaan sosial. Islam mengajarkan kita untuk membaca ayat-ayat kauniyah, ciptaan Allah yang maha Agung harus dikaji dan dibaca secara mendalam sehingga menghadirkan manfaat bagi kemaslahatan manusia, tidak hanya manusia tetapi juga makhluk-makhluk lainnya. Sinergi dan saling mengasihani antar sesama makhluk inilah esensi dari ekoteologi.Hukum Alam termaktub dalam Al Qur’an Makrokosmos, tetapi Al Qur’an mikrokosmos memberi hukum syariah. Hal inilah yang dipelajari dan diamalkan secara berimbang.

Lebih khusus sebelum menutup kuliahnya, Menteri Agama berpesan “Agama seperti nuklir, bisa menghadirkan keselamatan dan manfaat  bagi ummat, lihatlah nuklir yang dikembangkan untuk tenaga listrik  dan sumber energi murah lainnya. Tetapi jika disalahgunakan, maka nuklir bisa menjadi senjata penghancur massal yang dahsyat bagi semua makhluk di muka bumi. Karena itu Agama harus difungsikan sebagaimana seharusnya, untuk keselamatan manusia dan seluruh makhluk, bukan untuk memecah dan mengadu domba keberadaan mansuia di muka bumi, bukan untuk menghancurkan.” (hary, 14/9/2025)