f ' September 2025 ~ Inspirasi Pendidikan

Inspirasi Pendidikan untuk Indonesia

Pendidikan bukan cuma pergi ke sekolah dan mendapatkan gelar. Tapi, juga soal memperluas pengetahuan dan menyerap ilmu kehidupan.

Bersama Bergerak dan Menggerakkan pendidikan

Kurang cerdas bisa diperbaiki dengan belajar. Kurang cakap dapat dihilangkan dengan pengalaman. Namun tidak jujur itu sulit diperbaiki (Bung Hatta)

Berbagi informasi dan Inspirasi

Tinggikan dirimu, tapi tetapkan rendahkan hatimu. Karena rendah diri hanya dimiliki orang yang tidak percaya diri.

Mari berbagi informasi dan Inspirasi

Hanya orang yang tepat yang bisa menilai seberapa tepat kamu berada di suatu tempat.

Mari Berbagi informasi dan menginspirasi untuk negeri

Puncak tertinggi dari segala usaha yang dilakukan adalah kepasrahan.

Selasa, 30 September 2025

RAJA HUTAN YANG BIJAKSANA

 

Oleh: Shamita Maulida EL Queena Harfianto*

Di sebuah hutan yang rimbun dan penuh kehidupan, hiduplah berbagai macam hewan. Hutan itu dipimpin oleh seekor singa bernama Leo, yang dikenal sebagai raja hutan. Leo adalah singa yang kuat dan berani, tetapi ia juga memiliki hati yang baik. Ia selalu berusaha untuk menjaga kedamaian dan keharmonisan di antara semua penghuni hutan.

Suatu hari, saat matahari terbenam, Leo mengumpulkan semua hewan di padang terbuka untuk mengumumkan sesuatu yang penting. Semua hewan berkumpul, mulai dari tupai yang lincah hingga gajah yang besar. Mereka semua penasaran dengan apa yang akan disampaikan oleh raja mereka.

“Saudaraku, aku mengumpulkan kalian di sini untuk membahas sesuatu yang sangat penting,” kata Leo dengan suara yang dalam dan tegas.

“Kita semua tahu bahwa hutan ini adalah rumah kita, dan kita harus menjaga keharmonisannya. Namun, aku merasa bahwa kita perlu lebih banyak bekerja sama untuk menghadapi tantangan yang mungkin datang.”

Semua hewan mengangguk setuju. Mereka tahu bahwa hutan bisa menjadi tempat yang berbahaya, terutama ketika musim kemarau tiba dan makanan mulai menipis. Leo melanjutkan, “Aku ingin kita membentuk sebuah Dewan Hutan, di mana setiap hewan dapat mengirimkan perwakilan untuk berbicara dan memberikan pendapat. Dengan cara ini, kita bisa saling mendukung dan menemukan solusi untuk masalah yang kita hadapi.”

Saran Leo disambut baik oleh semua hewan. Mereka setuju untuk memilih perwakilan dari setiap spesies. Setelah beberapa hari, Dewan Hutan pun terbentuk. Perwakilan dari berbagai hewan berkumpul di bawah pohon besar yang menjadi tempat pertemuan mereka. Ada Kiki si Kelinci, yang dikenal karena kecerdasannya; Gino si Gajah, yang bijaksana dan kuat; dan Titi si Burung Hantu, yang selalu memiliki pandangan yang tajam.

Pertemuan pertama Dewan Hutan dimulai dengan semangat. Kiki mengusulkan agar mereka membuat rencana untuk mengumpulkan makanan sebelum musim kemarau tiba.

“Kita harus bekerja sama untuk mengumpulkan makanan sebanyak mungkin, agar semua hewan bisa bertahan hidup,” ujar Kiki.

Gino menambahkan, “Kita juga perlu membuat tempat persembunyian untuk melindungi makanan kita dari hewan-hewan lain yang mungkin ingin mencurinya.”

Titi, yang selalu berpikir jauh ke depan, berkata, “Kita harus memastikan bahwa semua hewan, besar atau kecil, memiliki akses ke makanan. Kita tidak boleh membiarkan siapa pun kelaparan.”

Semua hewan setuju dengan ide-ide tersebut, dan mereka mulai merencanakan langkah-langkah yang perlu diambil. Mereka membagi tugas, dan setiap hewan berkomitmen untuk melakukan bagian mereka. Kiki dan teman-temannya mulai mengumpulkan buah-buahan dan sayuran, sementara Gino membantu mengangkut makanan yang lebih berat. Titi terbang tinggi untuk mencari tahu di mana makanan melimpah.

Namun, tidak semua hewan setuju dengan rencana ini. Di sisi lain hutan, ada seekor serigala bernama Riko yang merasa terancam dengan kerjasama ini. Riko adalah hewan yang egois dan selalu berpikir hanya untuk kepentingan dirinya sendiri. Ia merasa bahwa jika hewan-hewan lain bekerja sama, ia tidak akan bisa mendapatkan makanan dengan mudah.

Riko pun merencanakan sesuatu. Ia mengumpulkan beberapa hewan lain yang juga merasa tidak senang dengan Dewan Hutan dan mengajak mereka untuk bergabung.

“Mengapa kita harus mendengarkan singa dan hewan-hewan lain? Kita bisa mengambil makanan mereka tanpa harus berbagi,” katanya dengan suara menggoda.

Beberapa hewan, seperti rubah dan tikus, terpengaruh oleh kata-kata Riko dan setuju untuk membantunya. Mereka mulai merencanakan untuk mencuri makanan yang telah dikumpulkan oleh hewan-hewan lain.

Sementara itu, di sisi lain hutan, Dewan Hutan terus bekerja keras. Mereka berhasil mengumpulkan banyak makanan dan menyimpannya di tempat yang aman. Leo merasa bangga dengan kerja sama yang ditunjukkan oleh semua hewan. Namun, ia juga merasa khawatir tentang Riko dan rencananya.

Suatu malam, saat semua hewan sedang tidur, Riko dan kelompoknya melancarkan aksinya. Mereka menyusup ke tempat penyimpanan makanan dan mulai mencuri makanan yang telah dikumpulkan. Namun, Kiki si Kelinci yang sedang berjaga melihat mereka dan segera memberi tahu Leo.

Leo segera memanggil semua hewan untuk berkumpul.

“Kita harus menghentikan Riko dan kelompoknya sebelum mereka mengambil semua makanan kita!” serunya.

Semua hewan bersiap untuk menghadapi situasi ini.

Ketika Riko dan kelompoknya sedang mengangkut makanan, mereka terkejut melihat Leo dan semua hewan lainnya mendatangi mereka.

“Berhenti! Apa yang kalian lakukan?” teriak Leo dengan suara menggelegar.

Riko, yang tidak mau mengakui kesalahannya, menjawab,

“Kami hanya mengambil apa yang seharusnya menjadi milik kami. Kami tidak butuh Dewan Hutan untuk memberi tahu kami apa yang harus dilakukan!”

Leo menatap Riko dengan tegas.

“Kau tidak bisa mengambil makanan orang lain tanpa izin. Hutan ini adalah rumah kita semua, dan kita harus saling menghormati dan bekerja sama.”

Kiki, yang merasa berani, melangkah maju.

“Kami telah bekerja keras untuk mengumpulkan makanan ini. Jika kau membutuhkan makanan, kami bisa membantumu, tetapi bukan dengan cara mencuri!”

Riko merasa terpojok. Ia tidak menyangka bahwa hewan-hewan lain akan bersatu melawan tindakan egoisnya.

“Aku tidak butuh bantuan dari kalian!” teriaknya, tetapi suaranya mulai terdengar lemah.

Gino, dengan suara lembut namun tegas, berkata, “Kami semua adalah bagian dari hutan ini. Jika kita tidak saling mendukung, kita semua akan menderita. Mari kita bicarakan ini dengan baik.”

Akhirnya, Riko menyadari bahwa ia tidak bisa melawan semua hewan yang bersatu. Ia merasa malu dan bingung. Leo melihat kesempatan untuk mengubah keadaan.

“Riko, jika kau mau, kami bisa membantumu. Bergabunglah dengan kami di Dewan Hutan, dan kita bisa mencari solusi bersama.”

Riko terdiam sejenak. Ia tidak pernah berpikir untuk bergabung dengan mereka. Namun, melihat betapa kuatnya persahabatan dan kerjasama di antara hewan-hewan lain, ia merasa tergerak. “Baiklah, aku akan mencoba,” jawabnya pelan.

Sejak saat itu, Riko mulai belajar tentang arti kepemimpinan dan pertemanan. Ia menyaksikan bagaimana semua hewan bekerja sama untuk menciptakan lingkungan yang lebih baik. Ia mulai berpartisipasi dalam Dewan Hutan dan memberikan ide-ide yang bermanfaat.

Dengan waktu, Riko berubah menjadi hewan yang lebih baik. Ia tidak lagi merasa perlu untuk mencuri, karena ia tahu bahwa dengan bekerja sama, semua hewan bisa mendapatkan apa yang mereka butuhkan. Persahabatan yang terjalin di antara mereka semakin kuat, dan hutan pun menjadi tempat yang lebih harmonis.

Leo, sebagai raja hutan, merasa bangga dengan perubahan yang terjadi. Ia menyadari bahwa kepemimpinan bukan hanya tentang kekuatan, tetapi juga tentang mendengarkan, memahami, dan membangun hubungan yang baik dengan semua penghuni hutan.

Dewan Hutan terus berfungsi dengan baik, dan semua hewan belajar untuk saling menghormati dan mendukung satu sama lain. Mereka mengadakan pertemuan rutin untuk membahas masalah yang dihadapi dan merayakan keberhasilan bersama. Hutan itu menjadi contoh bagi hutan-hutan lain tentang bagaimana kepemimpinan yang bijaksana dan persahabatan yang tulus dapat mengatasi segala rintangan.

Cerita ini mengajarkan kita bahwa kepemimpinan yang baik tidak hanya berasal dari kekuatan, tetapi juga dari kemampuan untuk mendengarkan dan bekerja sama. Persahabatan yang tulus dapat mengubah sikap dan membantu kita mengatasi tantangan yang ada. Dengan saling mendukung, kita bisa menciptakan lingkungan yang lebih baik untuk semua.

 * Penulis adalah Siswi kelas 5 SDIT Qurrota A'yun Ponorogo

Minggu, 21 September 2025

MERUBAH “CITRA NEGATIF” BIMBINGAN DAN KONSELING DI SEKOLAH

 

Penulis: Dr. Hariyanto, M.Pd*

Persepsi negative terhadap fungsi Bimbingan Konseling di sekolah masih saja melekat. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa peserta didik menganggap siswa yang berada di ruangan BK adalah mereka yang sedang bermasalah, terutama yang terkait dengan kedisiplnan atau pelanggaran terhadap peraturan dan tata tertib yang berlaku di sekolah. Dengan kata lain tempat yang paling tak dikenal dan dijauhi oleh siswa di sekolah adalah ruang kantor BK. Pertanyaan yang muncul adalah mengapa hal ini bisa terjadi? Bagaimana peran guru Bimbingan Konseling dapat dikembalikan sebagaimana mestinya? Bagaimana inovasi dan kreatifitas yang bisa dilakukan untuk memberikan pelayanan yang paripurna untuk para peserta didik?.

Persepsi siswa terhadap ruang bimbingan konseling merupakan faktor penting yang mempengaruhi efektivitas layanan yang diberikan. Banyak siswa menganggap ruang ini sebagai tempat yang jarang mereka kunjungi atau bahkan tidak familiar secara langsung, sehingga menimbulkan persepsi bahwa ruang tersebut bukanlah tempat yang nyaman atau relevan dengan kebutuhan mereka. Dalam beberapa kasus, persepsi negatif ini juga disebabkan oleh pengalaman sebelumnya yang kurang memuaskan, atau bahkan rasa malu dan takut akan stigma dari teman sebaya. Banyak pihak masih menganggap bahwa layanan ini hanya untuk menangani siswa dengan masalah berat, sehingga membawa stigma bahwa siswa yang mengikuti layanan tersebut adalah bermasalah atau tidak mampu mengatasi permasalahan sendiri.

Hal-hal tersebut dapat disebabkan oleh minimnya sosialisasi dan promosi dari pihak sekolah tentang fungsi dan manfaat ruang bimbingan konseling. Siswa cenderung memandang ruang ini sebagai area yang berisi Guru BK yang hanya berurusan dengan masalah serius atau krisis, sehingga mereka merasa enggan berpartisipasi. Kurangnya visualisasi dan komunikasi yang efektif tentang keberadaan dan layanan yang tersedia di ruang bimbingan konseling membuat siswa menganggapnya sebagai tempat yang menakutkan atau asing.

Oleh karena itu, langkah pertama adalah meningkatkan komunikasi yang efektif antara Guru BK, siswa, serta stakeholder terkait agar pesan positif dapat tersampaikan dengan jelas dan tidak menimbulkan salah pengertian. Penggunaan media sosial, poster, dan forum diskusi dapat menjadi alat yang efektif untuk menyampaikan keberhasilan dan manfaat layanan tersebut. Selain itu, pelibatan aktif siswa dalam berbagai kegiatan yang berkaitan dengan bimbingan dan konseling dapat memperbaiki persepsi mereka terhadap layanan ini. Kegiatan seperti workshop, seminar, dan kegiatan kelompok yang menyenangkan akan mempermudah mereka memahami bahwa bimbingan dan konseling bukan hanya sebagai tempat mengatasi masalah, tetapi juga sebagai pendukung perkembangan pribadi.

Di sisi lain, pelatihan dan pengembangan kompetensi untuk Guru BK sangat penting agar mereka mampu menjalankan tugas dengan profesional dan penuh empati. Guru BK yang kompeten akan mampu membangun hubungan yang lebih baik dengan siswa dan menunjukkan bahwa layanan ini benar-benar peduli terhadap kesejahteraan mereka. Tidak kalah penting adalah membangun kemitraan dengan berbagai pihak, seperti orang tua, guru, dan masyarakat sekitar, demi menciptakan lingkungan yang mendukung dan memperkuat citra positif layanan ini.

Inovasi dalam pelayanan bimbingan konseling menjadi aspek penting untuk meningkatkan efektivitas dan relevansi layanan di sekolah. Seiring perkembangan zaman dan teknologi, Guru BK dituntut untuk terus beradaptasi dan menciptakan metode baru yang memudahkan proses bimbingan. Salah satu inovasi utama adalah pemanfaatan teknologi digital seperti platform daring, aplikasi komunikasi, dan sistem manajemen data berbasis cloud. Penggunaan teknologi ini memungkinkan siswa mengakses layanan konseling kapan saja dan di mana saja, mengurangi hambatan geografis dan waktu. Selain itu, program layanan kreatif seperti workshop, seminar motivasi, dan kegiatan berbasis masalah sosial mampu menjaring lebih banyak siswa yang membutuhkan bantuan. Pendekatan berbasis kreativitas ini dapat meningkatkan partisipasi siswa dan membangun suasana yang lebih santai serta terbuka.

Program kegiatan kreatif dalam ruang bimbingan dan konseling sekolah memegang peranan penting dalam menciptakan suasana yang menarik dan efektif dalam proses pendampingan siswa. Melalui kegiatan-kegiatan yang bersifat inovatif dan menyenangkan, siswa dapat lebih terbuka serta termotivasi untuk mengikuti layanan bimbingan. Program ini meliputi berbagai macam kegiatan seperti pelatihan seni, pembuatan media edukatif, lomba kreativitas, serta workshop pengembangan diri yang dilakukan secara berkala. Pendekatan ini bertujuan untuk mengatasi hambatan psikologis maupun sosial yang sering ditemui siswa, dengan menstimulus kemampuan ekspresi, kepercayaan diri, dan pengembangan potensi secara menyenangkan.

Peran stakeholder sangat penting dalam upaya merubah citra negatif terhadap bimbingan dan konseling di sekolah. Guru memegang peran sentral sebagai penghubung utama dengan siswa dan lingkungan sekolah. Melalui keterlibatan aktif dalam promosi dan penyuluhan, guru dapat membantu mengubah persepsi masyarakat dan siswa tentang manfaat serta relevansi layanan konseling. Selain itu, guru harus mampu memberikan contoh sikap positif terhadap layanan tersebut, sehingga menciptakan suasana yang mendukung dan membuka peluang komunikasi yang efektif. Orang tua juga memiliki peran vital dalam membentuk citra positif melalui dukungan dan pemahaman terhadap kegiatan bimbingan dan konseling. Dengan keterlibatan yang konsisten, orang tua dapat meminimalisir stigma sosial dan memperkuat kepercayaan siswa terhadap layanan tersebut. Masyarakat secara umum perlu dilibatkan dalam kegiatan sosialisasi dan edukasi mengenai pentingnya konseling di lingkungan sekolah.

Partisipasi aktif dari masyarakat akan membantu mengikis persepsi negatif dan memperluas pemahaman akan manfaat layanan bimbingan. Stakeholder ini harus bekerja secara sinergis dan berkelanjutan, dengan mengembangkan komunikasi yang transparan serta mengedepankan edukasi yang menyasar berbagai kalangan. Melalui kolaborasi yang kokoh, citra yang sebelumnya negatif dapat diarahkan untuk menjadi lebih positif dan konstruktif, sehingga tercipta lingkungan sekolah yang mendukung perkembangan mental dan emosional siswa. Dengan demikian, peran semua pihak ini menjadi fondasi utama dalam proses perubahan persepsi dan peningkatan citra layanan bimbingan dan konseling di sekolah.

*Penulis adalah dosen FTIK di UIN Kiai Ageng Muhammad Besari Ponorogo

Minggu, 14 September 2025

MENTERI AGAMA RI: “DOSEN UIN TIDAK CUKUP MENJADI ILMUWAN TETAPI HARUS MENJADI CENDEKIAWAN MUSLIM.”

 

Kuliah Umum oleh Menteri Agama RI: Prof. Dr. KH. Nasaruddin Umar, MA

inspirasipendidikan.com (14/9/2025)_  UIN Kiai Ageng Muhammad Besari Ponorogo menggelar kuliah umum dengan menghadirkan Menteri Agama RI, Prof. Dr. KH. Nasaruddin Umar, MA. Tema yang diusung sangat menarik yaitu Kurikulum Berbasis Cinta. Istilah yang digunakan memang begitu menarik karena menggunakan kata “Cinta”, abstrak namun bisa dirasakan kehadirannya oleh setiap makhluk. Dan memiliki variasi makna sesuai dengan persepsi yang mengartikan masing-masing.

Dalam kesempatan itu, Menteri Agama menyampaikan beberapa pesan yang mendalam tentang bagaimana seharusnya visi dari perguruan tinggi agama Islam. Menurutnya Perguruan Tinggi  Islam, khususnya Univeritas Islam Negeri  seharusnya menjadi pembeda dari perguruan tinggi umum. Tidak hanya beda dari sisi mutu dan tata kelolanya tetapi juga keberkahan dan kebermanfaatannya di masyarkat. Perguruan tinggi Islam tidak murni sebagai lembaga akademik saja, tetapi juga harus berfungsi lembaga dakwah. UIN harus menjadi lembaga ganda tanpa harus mereduksi satu sama lain.

Menteri Agama RI bersama Rektor UIN Ponorogo, dan Bupati Ponorogo 
UIN, diharapkan mampu melahirkan tidak hanya para lulusan yang berpengetahuan, menjadi seorang scientist/ ilmuwan, tetapi lebih dari itu harus menjadi seorang yang intelektual, yang tidak hanya menguasai pengetahuan, tetapi juga bisa mengamalkannya. Tidak hanya intelektual tetapi juga seorang cendekiawan. Seorang cendekiawan muslim adalah mereka yang memiliki dampak dan beresonansi kepada masyarakat dan bangsanya. Karena itu seorang cendekiawan itu lebih terhormat dibandingkan seorang intelektual.

Lebih lanjut menteri Agama RI menegaskan, bahwa untuk mencetak Cendekiawan muslim, maka diperlukan dosen yang tidak boleh sama kriterianya dengan dosen dari perguruan tingg umum. Baik dari sisi perekrutannya maupun kompetensi yang dimiliki. Dosen tidak boleh hanya mengajar, tetapi memberi keteladanan baik di dalam kelas maupun di luar kelas. Mengapa demikian? Karena ekspektasi masyarakat begitu tinggi kepada UIN. Background UIN ini adalah putih, maka jangan pernah membuat satu titik noda pun, meskipun hanya satu titik noda hitam. Karena itu tanggung jawab dosen begitu berat, menjadi teladan bagi mahasiwanya. Hal yang serupa juga menjadi tanggung jawab mahasiswa untuk menjaga kehormatannya menjadi mahasiswa di UIN.

Pernyataan Prof. KH. Nasaruddin Umar tersebut tidaklah sederhana, apalagi di era dimana hampir semua orang memiliki jejak digital di media sosial, baik dosen dan mahasiswa. Sehingga diharapkan jika seorang dosen wanita atau mahasiswi mengenakan jilbab sewaktu di kampus, maka di mana pun juga dia harus menutup auratnya, baik di dunia nyata maupun di dunia maya, apalagi diunggah di media sosial miliknya.

Perguruan tinggi Islam harusnya memiliki dosen-dosen unggul yang tidak hanya mengajar, tetapi juga harus bisa menjadi Mursyid, bahkan bisa menjadi seorang Syech. Pendidikan tidak hanya mentransfer pengetahuan, bukankah tidak ada gunanya/ manfaatnya jika mahasiswa pandai mendapat nilai cumlaude perilakunya kurang ajar, tidak beradab. Tidak mampu mengedepankan adab daripada ilmu. Dosen pada hakekatnya sama dengan guru. Guru berasal dari bahasa sansekerta, Gu yang berarti kegelapan dan Ru yang berarti Obor penerang. Jadi Guru sejatinya adalah obor pemberi penerangan saat gelap melanda. Kehadiran guru atau dosen harusnya menjadi pencerah/ penerang bagi kegelapan atau kebodohan yang melanda masyarakat. Hidup hanya sejengkal, apa yang hendak dicari, jika pemimpin perguruan tinggi, dosen, para pejabat tidak mampu memberi prestasi, maka kita akan malu kepada sejarah, apalagi jika sejarah itu dibaca oleh anak cucu di generasi selanjutnya.

Rektor UIN Kiai Ageng Muhammad Besari Ponorogo, Prof. Dr. Hj. Evi Muafiah

Dalam kesempatan Kuliah umum yang dihadiri ratusan civitas akademika UIN Kiai Ageng Muhammad Besari Ponorogo, Bupati Ponorogo dan beberaoa pejabat dari Kementerian Agama tersebut, Menteri juga berpesan bahwa hendaknya kita selalu membaca tidak hanya Al Qur’an mikrokosmos tetapi juga Al Qur’an Makrokosmos. Seluruh jagad raya semesta ini jauh sudah ada sebelum Al Qur’an mikrokosmos yang diwahyukan kepada Rasululloh. Jadi UIN dengan segala kompetensi dosen yang dimiliki tidak bleh hanyut dengan perguruan tinggi sekuler, yang hanya melahirkan mausia tumpul yang tidak memiliki kepekaan sosial. Islam mengajarkan kita untuk membaca ayat-ayat kauniyah, ciptaan Allah yang maha Agung harus dikaji dan dibaca secara mendalam sehingga menghadirkan manfaat bagi kemaslahatan manusia, tidak hanya manusia tetapi juga makhluk-makhluk lainnya. Sinergi dan saling mengasihani antar sesama makhluk inilah esensi dari ekoteologi.Hukum Alam termaktub dalam Al Qur’an Makrokosmos, tetapi Al Qur’an mikrokosmos memberi hukum syariah. Hal inilah yang dipelajari dan diamalkan secara berimbang.

Lebih khusus sebelum menutup kuliahnya, Menteri Agama berpesan “Agama seperti nuklir, bisa menghadirkan keselamatan dan manfaat  bagi ummat, lihatlah nuklir yang dikembangkan untuk tenaga listrik  dan sumber energi murah lainnya. Tetapi jika disalahgunakan, maka nuklir bisa menjadi senjata penghancur massal yang dahsyat bagi semua makhluk di muka bumi. Karena itu Agama harus difungsikan sebagaimana seharusnya, untuk keselamatan manusia dan seluruh makhluk, bukan untuk memecah dan mengadu domba keberadaan mansuia di muka bumi, bukan untuk menghancurkan.” (hary, 14/9/2025)