f ' GHOSTWRITER DI NEGERI LITERASI: ANTARA ALTERNATIF KARIER DAN KRISIS INTEGRITAS ~ Inspirasi Pendidikan

Kamis, 30 Oktober 2025

GHOSTWRITER DI NEGERI LITERASI: ANTARA ALTERNATIF KARIER DAN KRISIS INTEGRITAS

Dr. Hariyanto, M.Pd*

Ghostwriter, sebuah istilah asing yang akhir-akhir ini sering kita dengar seiring dengan banyaknya publikasi abal-abal dan krisis integritas yang melanda dunia pendidikan. Ghostwriter adalah seorang penulis bayangan yang menulis untuk keperluan orang lain. Tindakannya disebut ghostwriting. Seorang ghostwriter mendapatkan bayaran dari hasil menulisnya tetapi karya yang ditulisnya diatasnamakan orang yang membayarnya sebagai punulis. Arnani dan Nindhita (2024) menyebut ghostwriting ini dengan contract cheating atau academic outsourcing. Clarke & Lancaster (2006) mendefinisikan contract cheating merujuk pembayaran kepada orang lain untuk menyelesaikan tugas sehingga orang yang membayar tersebut mengklaim tugas itu atas nama sendiri. Istilah ini di Indonesia juga dikenal dengan nama perjokian.

Fenomena perjokian atau ghostwriting ini sangat marak di Indonesia, bahkan tidak jarang diiklankan melalui media sosial. Tentu saja fenomena sosial ini melahirkan profesi baru yaitu joki atau ghostwriter. Ghostwriting tidak hanya diperuntukkan pada penulisan karya-karya ilmiah seperti menulis buku, skripsi, tesis, desertasi, artikel ilmiah, tetapi juga karya non ilmiah atau fiksi seperti penulisan cerpen, novel dan bentuk karya fiksi lainnya. Dengan demikian dapat diketahui justru praktik ini sedang melanda dalam dunia akademik, di kalangan mahasiswa, siswa, dosen, guru, atau bahkan pejabat publik yang memiliki sumber daya ekonomi tetapi kurang memiliki kemampuan atau tidak memiliki banyak waktu untuk menghasilkan karya tulis.

Kecurangan akademik tersebut semakin nyata apabila kita membaca hasil riset yang berjudul predatory publishing in Scopus; Evidence on cross-country  differences oleh Vit Machachek dan Martin Shrolek (2022) bahwa terdapat banyak jurnal termasuk dalam Beal’s List, sebagai jurnal abal-abal.  dari 172 negara di empat bidang penelitian menunjukkan keragaman yang luar biasa. Di negara Kazakhstan dan Indonesia sebanyak 17% dari artikel dipublikasikan dalam jurnal predator. Praktik ghostwriting ini seolah lazim terjadi di kalangan mahasiswa, karena itu sering kali kita jumpai mahasiswa yang secara terang-terangan membuat iklan di status whatsappnya dengan membuka jasa pembuatan makalah, pembuatan slide presentasi, penyusunan proposal skripsi, artikel jurnal dan lain-lain dengan mematok tarif yang beragam.

Mengapa profesi ghostwriter ini muncul dan semakin menggurita? Disinilah mestinya kita harus kita renungkan bersama dengan tanpa terlebih dahulu mengkambing hitamkan ghostwriter. Bagaimanapun harus diakui bahwa ghostwriter ini adalah orang-orang yang memiliki kompetensi dalam bidang tulis menulis, jika mereka masih berstatus mahasiswa, maka bisa dikategorikan mahasiswa yang piawai dalam menulis bahkan pandai. Fuad Fachruddin (2023) menganalisis dari dimensi ekonomi dan psikologi. Faktor yang medasar adalah kebutuhan finansial. Para ghostwriter ini menjual jasa demi mendapat imbalan. Sementara pengguna jasa ghostwriter ini melakukan cara yang menodai integritas akademik demi mendapatkan nilai atau pengakuan dari publik. Disinilah dilematiknya antara urusan perut dan kejujuran akademik yang harus dijunjung tinggi. Mana yang akan dipilih. Pada level perguruan tinggi,Wandayu, Purnomosidhi dan Ghofar (2019) menyimpulkan hasil penelitiannya bahwa faktor mahasiswa melakukan kecurangan akademik adalah keyakinan etis mahasiswa, jika mahasiswa memiliki keyakinan tinggi bahwa melakukan kecurangan akademik merupakan tindakan yang etis atau tidak etis akan memengaruhi mahasiswa melakukan kecurangan. Faktor lainnya adalah Tekanan mahasiswa atas studi dan kesempatan berpengaruh terhadap niat mahasiswa melakukan kecurangan.

Menghadapi kondisi krisis integritas ini, penulis menyodorkan beberapa hal yang bisa digunakan sebagai cara untuk mengurangi agar krisis tidak berkelanjutan menyebar lebih dalam pada dunia akademik, menginfeksi mahasiswa bahkan dosen, juga para pejabat atau tokoh-tokoh publik. Pertama, Menumbuhkan kesadaran kepada para penulis dengan mengkampanyekan praktik integritas  dan profesionalisme penulis. Hal ini bisa dilakukan dengan turut memberikan ruang kepada mereka untuk menjadikan profesi penulis tidak hanya untuk membangun literasi di Indonesia, tetapi juga dapat memberikan bekal income yang layak dari hasil karya tulisnya. Penghormatan terhadap hak cipta dan kepatuhan dalam memberikan royalti kepada penulis harus ditingkatkan dan dilakukan secara jujur. Kedua, Kampus sebagai sumber peradaban hendaknya secara terus menerus melakukan upaya preventif agar kecurangan akademik tidak dapat dilakukan mulai dari ruang kelas melalui tugas-tugas yang diberikan dosen, sampai pada tugas akhir sesuai jenjang studinya. Dosen harus dibekali dengan kompetensi untuk dapat mendeteksi kecurangan mahasiswa dalam bentuk apapun, semua tindakan plagiasi tidak boleh ditolerir. Kompetensi dosen ini diimbangi dengan implementasi teknologi. Hal ini diperlukan karena mahasiswa dengan mudah menggunakan Artificial intellegencies untuk menghasilkan karya tulisnya, mengalami ketergantungan penuh pada produk AI sehingga lambat laun bisa kehilangan kemampuan critical thinking. Ketiga, Tugas membangun literasi di Indonesia adalah tugas seluruh elemen bangsa, maka para pejabat publik, tokoh masyarakat, dosen dan guru hendaknya memberikan teladan atau contoh dengan tidak menggunakan jasa ghostwriter untuk kepentingan popularitas pribadi, demi mendongkrak popularitas. Sebagai role model hendaknya memiliki kemampuan menulis dan kemampuan public speaking secara berimbang.

Menjaga integritas harus menjadi prioritas, demi membangun pendidikan di Indonesia yang lebih baik. Sebagai bangsa besar, sudah seharusnya kita merasa malu dan menjauhi perbuatan yang akan menjerumuskan lebih dalam lagi pada krisis integritas.

 *Penulis adalah dosen FTIK Universitas Islam Negeri Kiai Ageng Muhammad Besari Ponorogo.

0 comments:

Posting Komentar