Oleh: Dr. Hariyanto
Refleksi Historis
Perguruan
tinggi identik dengan kampus yang melahirkan para cendekiawan, yang akan
menjadi penerus atas kemajuan suatu bangsa. Berkaca dari sejarah peradaban
dapat dilihat bahwa kemajuan suatu bangsa tercermin dari berdirinya
kampus-kampus yang memiliki dampak signifikan untuk kemajuan masyarakat dan negaranya. Jejak sejarah mencatat di kerajaan
Sriwijaya, bahwa Candi Muaro Jambi pada zaman dahulu adalah pusat pendidikan
tinggi dalam lima bidang ilmu (Panca widya) yaitu bahasa, pengobatan, logika,
seni, keterampilan kerajinan dan pengelolaan batin atau kejiwaan. I-tsing
seorang biksu dari Tiongkok menyebutkan adanya perguruan tinggi agama Budha di
Sriwijaya yang memiliki beberapa murid biksu dari berbagai wilayah. Bukti
menunjukkan pada masa itu, Sriwijaya mencapai zaman keemasannya. Jejak kemajuan
pendidikan juga tercermin dari peninggalan sejarah pada zaman Majapahit. Hal
ini pun menjadi sebuah bukti bahwa pendidikan dan kemajuan suatu bangsa
memiliki hubungan resiprokal dan saling menguatkan.
Jejak
kemajuan pendidikan dalam peradaban Islam juga dapat dilihat dari beberapa
perguruan tinggi yang tersohor di masanya bahkan sampai sekarang ini. misalnya
Universitas Al-Qarawiyin (Jami’ah Al Qarawiyin) di Maroko. Oleh Unesco pada
tahun 1998 dinobatkan sebagai perguruan tinggi pertama di dunia yang memberikan
gelar kesarjanaan. Universitas lainnya adalah Universitas Al Azhar yang berada
di Mesir. Sementara itu di Indonesia pada zaman kolonial Belanda, pendidikannya
berupa pondok pesantren dan madrasah, belum ditemukan sebuah catatan berdirinya
perguruan tinggi di masa itu, terutama perguruan tinggi Islam.
Indonesia
yang memiliki penduduk mayoritas beragama Islam, baru beranjak untuk mendirikan
perguruan tinggi agama Islam saat Masyumi mendirikan Sekolah Tinggi Islam (STI)
pada tanggal 08 Juli 1946. Kemudian Universitas Islam Indonesia (UII) pada
tanggal 10 Maret 1948. Sejak tahun 1950 Pemerintah Indonesia kemudian
mendirikan PTAIN seperti STAIN, IAIN, dan UIN. Hingga saat ini beberapa
perguruan tinggi tersebut sudah beralih status menjadi Universitas, Misalnya di
Kabupaten Ponorogo, dari STAIN Ponorogo sekarang menjadi Universitas Islam
Negeri Kiai Ageng Muhammad Besari, atau disingkat UIN KAMI. Kebijakan
pemerintah mendirikan PTAI di seluruh Indonesia inipun diimbangi dengan
pendirian PTN di seluruh wilayah Indonesia, bahkan yayasan dan persyarikatan
sebagai bagian dari masyarakat diizinkan mendirikan lembaga pendidikan dari
jenjang Pra sekolah sampai pendidikan tinggi, pada jalur formal maupun non
formal.
Perspektif Kekinian
Keberadaan perguruan
tinggi (PT) di suatu daerah memiliki peranan krusial dalam mendorong
pembangunan ekonomi lokal dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Melalui
fungsi utamanya sebagai pusat pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada
masyarakat, PT menciptakan sumber daya manusia yang unggul, merangsang inovasi,
dan membentuk ekosistem ekonomi berbasis pengetahuan (knowledge-based
economy).
Penelitian
menunjukkan bahwa tingkat kepadatan institusi pendidikan tinggi di suatu
wilayah berkorelasi signifikan dengan pertumbuhan Produk Domestik Regional
Bruto (PDRB) dan indeks pembangunan manusia (IPM). Liang & Chen (2024)
dalam studi panel di Tiongkok membuktikan bahwa pertumbuhan pendidikan tinggi
meningkatkan produktivitas cerdas (intelligent productivity) melalui
integrasi teknologi seperti AI dan otomatisasi.
Saat ini perkembangan
teknologi Artificial Intelligence (AI) telah memperkuat peran strategis
perguruan tinggi dalam pembangunan regional. AI meningkatkan efisiensi
pengajaran, memperluas akses pendidikan melalui platform digital, dan membuka
peluang ekonomi baru berbasis inovasi. Yusuf & Ibrahim (2024) mencatat
bahwa pemanfaatan AI dalam kegiatan akademik dan riset di universitas tidak
hanya meningkatkan mutu pembelajaran, tetapi juga mengurangi biaya sosial
seperti layanan kesehatan dan pengangguran.
Sekarang mari
kita amati dampak perguruan tinggi terhadap peningkatan ekonomi dalam skala
regional. Peningkatan kesejahteraan atau taraf ekonomi masyarakat dari
keberadaan perguruan tinggi secara nyata dapat dilihat dari bertumbuhnya UMKM
di sekitaran kampus. Misalnya di Kabupaten Ponorogo. Keberadaan UIN kampus 1 di
jalan Pramuka menyebabkan para pengusaha baru dalam berbagai sektor, misalnya
pendirian rumah kos, rental motor, foto copy, warung makan dan minum, café,
bengkel, dan masih banyak lagi. Hal yang sama juga terlihat darip pendirian
kampus 2 UIN KAMI di Desa Pintu Kecamatan Jenangan. Sejak kampus 2 operasional
dan ditempati ribuan mahasiswa, maka geliat ekonomi masyarakat desa setempat
dan sekitarnya mulai bertumbuh. Tanah kosong disamping dan depan kampus
sekarang sudah penuh ditempati sebagai lahan usaha penduduk. Dari segi
keuangan, dapat dipastikan bahwa perputaran uang di Ponorogo ketika perguruan
tinggi memiliki mahasiswa dari berbagai daerah dan tinggal di Ponorogo, maka
akan semakin besar. Biaya hidup, biaya kost, biaya pendidikan yang dibelanjakan
di Ponorogo sudah pasti akan berdampak pada perkembangan ekonomi lokal di
Kabupaten Ponorogo.
Untuk menciptakan perguruan tinggi yang berdampak baik bagi masyarakat, terutama dari segi moralitas, perilaku, dan ekonomi, maka perlu dirancang sebuah sistem pendidikan tinggi yang tidak hanya unggul secara akademik dan teknologi, tetapi juga berakar kuat pada nilai-nilai kemanusiaan dan tanggung jawab sosial. dalam pandangan penulis, diperlukan pilar-pilar utama yang harus dibangun, yaitu:
1. Integrasi Nilai Moral dan Etika dalam kurikulum
Kurikulum berbasis karakter (character-based curriculum): Setiap program studi harus memasukkan mata kuliah yang mengajarkan etika profesi, filsafat moral, dan kewarganegaraan aktif. Mengajarkan sikap toleransi, terbuka, dan saling menghargai dalam keberagaman. Kode etik dikampus yang disusun perlu ditaati oleh seluruh sivitas akademika, buka sekedar formalitas administrative. Pandangan tersebut sesuai dengan pendapat Makridis & Mishra (2022) yang menekankan bahwa penguatan moralitas dalam pendidikan tinggi dapat meningkatkan kesejahteraan sosial secara signifikan.
2. Pengembangan Soft Skills dan Perilaku Sosial
Sebagai salah satu tri dharma perguruan tinggi, maka kegiatan pengabdian masyarakat: berlaku tidak hanya untuk dosen, tetapi juga mahasiswa. Mahasiswa diwajibkan aktif dalam kegiatan sosial atau pengembangan desa binaan agar terbentuk empati sosial. Untuk mendidik mahasiswa menjadi pemimpin yang jujur dan berorientasi pada kebermanfaatan sosial, maka diperlukan pembinaan kepada mahasiswa. Kampus seharusnya bebas kekerasan dan diskriminasi, tugas seluruh civitas akademika adalah mewujudkan lingkungan inklusif yang sehat secara psikososial.
3. Katalisator Ekonomi Lokal Berbasis Inovasi
Gudang ilmu pengetahuan adalah kampus, para dosen dan mahasiswa semestinya berpartisipasi untuk dapat mengimplementasikan yang dimiliki. Lulusan perguruan tinggi seharusnya telah dibekali keterampilan baik soft skill maupun hard skill. Disamping itu harus memiiki inovasi dan kreatifitas sehingga ketika lulus nanti tidak menjadi beban negara karena tidak mendapatkan pekerjaan. Transfer teknologi dari kampus kepada masyarakat haruslah menjadi agenda utama. Pembiasaan di kalangan dosen dengan didukung institusi untuk mengadakan riset transdisipliner, kolaborasi antara teknologi, sosial, agama dan ekonomi untuk menjawab persoalan masyarakat yang semakin kompleks.
4. Kepemimpinan Transformasional di Tingkat Institusi
Faktor terpenting sebagai
pilar utama adalah adanya kepemimpinan transformasional. Rektor dan pimpinan
kampus kampus yang visioner dan rendah hati, menjadikan nilai-nilai kemanusiaan
dan kebermanfaatan sosial sebagai dasar kebijakan kampus. Disamping itu untuk
menjaga akuntabilitas public, kampus seharusnya secara rutin mempublikasikan
dampak sosial, bukan hanya akademik. Komisi etik yang dibentuk kampus juga
menjalankan tugasnya untuk memastikan bahwa seluruh kebijakan kampus
berlandaskan prinsip moral dan konstitusi akademik.
Berdasarkan
paparan di atas, dapat ditarik benang merah bahwa perguruan tinggi yang
berdampak baik bukan hanya dilihat dari prestasi akademik atau publikasi
ilmiah, tetapi dari transformasi nyata yang dihadirkannya dalam kehidupan masyarakat,
melalui pendidikan karakter, pemberdayaan ekonomi lokal, inovasi berbasis
empati, dan kepemimpinan moral. Ini menuntut kolaborasi sinergis antara civitas
akademika, pemerintah, industri, dan masyarakat luas. (HARY/28/05/2025)
Rujukan:
Addas, A., et al. (2025). Integrating
sensor data and GAN-based models to optimize medical university distribution: A
data-driven approach for sustainable regional growth. Frontiers in
Education.
https://www.frontiersin.org/articles/10.3389/feduc.2025.1527337/full
Bloom, D.E., Canning, D., & Chan,
K. (2014). Higher Education and Economic Growth in Africa. International
Journal of African Higher Education, 1(1), 22–57. https://ejournals.bc.edu/index.php/ijahe/article/view/5643
Lawal, O.S. (2024). Artificial
Intelligence in Higher Education: A Critical Examination of its Impact in
Teaching/Learning, Research and Community Service. ResearchGate. PDF
Liang, P., & Chen, Y. (2024). Effects
and Mechanisms of Higher Education Development on Intelligent Productivity
Advancement. Sustainability, 16(24), 11197. https://www.mdpi.com/2071-1050/16/24/11197
Makridis, C.A., & Mishra, S.
(2022). Artificial Intelligence as a Service, Economic Growth, and
Well-being. Journal of Service Research. https://journals.sagepub.com/doi/abs/10.1177/10946705221120218
Mhlanga, D. (2021). Artificial
Intelligence in Industry 4.0 and its Impact on the SDGs: Lessons from Emerging
Economies. Sustainability, 13(11), 5788. https://www.mdpi.com/2071-1050/13/11/5788
Thanh, C.N., et al. (2024). AI
Innovation and Economic Growth: A Global Evidence. WSB Journal of
Business and Finance. https://sciendo.com/pdf/10.2478/wsbjbf-2024-0017
Yusuf, J.A., & Ibrahim, M.A.
(2024). The Economic Impact of Artificial Intelligence in Enhancing
Teaching, Learning, Research, and Community Service in Higher Education.
ResearchGate. PDF